Top Social

Dengan Tinta Terkadang Aku Tak Butuh Bersuara Untuk Sekedar Menceritakan Apa Yang Kurasa

Featured Posts Slider

Image Slider

Kamis, 17 Desember 2015

Karena Pertemuan Kau Berhak Ku Salahkan


"Aku berdiri disisi ini saja.
Masih tanpa suara, hanya mengukir kata.
Ruang kiri ini, Ku kosongkan dengan sengaja.
Untuk tercita-cita, kamu tentunya".

Pertemuan, Ia berhak untuk kusalahkan.
Atas kesan-kesan yang Ia tinggalkan.
Namun tak pernah kujadikan sebuah penyesalan.
Karenanya, Ku tersesat diruangmu yang penuh keindahan.

Semanis-manisnya kamu, tak hampir lupa ku rindukan.
Setiap malam dalam mimpi auramu kudambakan.
Ingin pernah, tentang kita, hari ini ku satukan.
Tetapi kecantikanmu, gemetar ku mengungkapkan.

Kau ku simpan, ku selipkan di antara beberapa harapan.
Saat nanti dalam berkehidupan dengangmu kita beriringan.
Menempuh, mengarungi luas samudera permasalahan.
Kita, menciptakan kisah baru, tentang arti keromantisan.

Beribu harapan seiring waktu subur bermunculan.
Satu alasan, itu semua karena ia "Si pertemuan".
Demi Tuhan, tentang wanita kamulah satu-satunya impian.
Sebaliknya, semoga saja diriku juga pangeran yang kau butuhkan.

"Aku masih berdiri disisi ini saja.
Mengukir kata, kepadamu takut bersuara.
Ruang hati ini, tentangmu kutanamkan dengan sengaja
Untuk yang tercita-cita, sumpah mati engkau ku cinta
(a.r)
Senin, 14 Desember 2015

Kau Punya Kuasa


Ku sediakan, kau tempati, ku tak memaksa.
Ku bermaksud, setidaknya, Kau kan merasa.
Ku bisiki,  tahta dikiri, Kau ku beri kuasa.
Kapan saja, Kau Ku terima, tak berbatas masa.

Sabtu, 12 Desember 2015

Cerita Asalan


Aku gagal paham.
Atas pikirku kurang kekinian.
Begitu membingungkan memang.
Cinta sebijaknya-bijaknya, menghukum.

Menelaah memaksa mengintisarikan.
Kutukannya malah menakdiriku demam.
Mau kupulangkan keguguran dosa itu.
Dayaku, terlalu bersahabat dengan kata tak mampu.

Setelah seajuh ini kaki terlangkah dan melangkah.
lelah, aku pasrah terhadap efek sampingnya.
Menikmati kepedihan dan keindahan.
Memuntahkan Kemunafikan dan ketulusan, juga.

Sudah, ku gores saja secara asal akan kekacauan.
Disini, bersama pesan yang belum di tafsiri.
Sebenarnya keserabutan, kini kuciptakan sendiri.
Karena menunggu jawabnya,mungkin dibalas nanti.





Sabtu, 28 November 2015

Tiga Belas April





Dulu kita bertemu dalam keasingan lantas kita mendekat tanpa perkenalan. Bukankah cinta datang tanpa mengetuk, dan aku masih sama seperti dulu terdiam terpaku tak beranjak di tempatku. Pasrah sekali mungkin, tapi sebenarnya aku hanya terlalu banyak merawat luka dan kenangan. 

Dulu kita asing, maka bukan salahmu jika kini kita kembali asing. Bukankah cinta juga pergi menghilangkan tanpa pamit ?. Maaf jika namamu selalu menghiasi aksaraku. Izinkan jika sampai saat ini jiwa raga mu masih mengisi langit mimpiku. 

Sungguh aku sudah berusaha bangkit dan pergi jauh, tapi alasan yang ku sebut cinta terus menahanÄ·u disini. Aku terpahat bisu, aku tau kau adalah hujan ditengah sahara. Sungguh sebuah anugrah maha dahsyat tapi aku hanyalah kaktus berduri. Aku ingin hanyut bersama aliranmu tapi duri-duriku menahanku disini. Maka biarkan aku menikmati setiap rintikan mu meski hanya sesekali. 

Aku bahagia karena aku tau cinta itu suci tanpa paksaan. Sungguh bukan salahmu jika kau memilih mawar, meski ia juga berduri tapi jauh lebih indah dari pada duri di kaktusku. Biarkan kita berjalan pada poros masing-masing dan cerita usang itu tersusun rapi dalam balutan masa lalu. Aku hanya berharap doa doaku tak pernah berakhir untukmu. 

Percayalah, Tuhan adalah Maha Romantis, maka biarlah kita bermain-main dengan lakonan ini. Bukankah setiap cerita ada akhirnya ? Maka biarkan Tuhan aturkan peran kita hingga tamat. Jika aku boleh jujur, bermain peran dengan mu adalah takdir terindáh untukku. Karena ada "cinta" yang entah kapan berakhirnya di pentas hatiku. Mari kita nikmati lakonan selanjutnya mÄ“ski nama kita tak lagi tertulis dalam satu kisah, Sungguh syukur adalah karunia terindah untuk setiap pertemuan dan perpisahan. 



Perasaan Tangan Wanita dari 
@rizqa_rad
Mahasiswa FKIP KIMIA USK sekaligus Teman seangkatan. 

Satu kalimat buatnya "Tulisannya keren, selaras dengan tema blog saya, Terus berkarya!!". 






Sabtu, 21 November 2015

Adalah


Kamu adalah salah,

Salah satu keajaiban duniaku.
Tetesan air di bumiku.
Seberkas udara di langitku.

Aku adalah salah,

Salah satu pengagum setiamu.
mengikuti bayanganmu di mentariku
memimpikan hadirmu di rembulanku.

"juga, mengharapkan cintamu di setiap sujud dan doaku".


Menjadi Aku


Yang tak ku bangga dariku untukmu.
Dalam tidurmu, aku menjagamu.
Yang tak ku bangga dariku untukmu.
Dalam bangunmu, aku menyapamu.
Yang tak ku bangga dariku untukmu.
Dalam gerakmu, aku menuntunmu.
Yang tak ku bangga dariku untukmu.
Dalam gerahmu, ku pelepas dahagamu.
Yang tak kubangga dariku untukmu.
Dalam kecewamu, aku penyemangatmu.
Yang tak kubangga dariku untukmu.
Dalam tangismu, aku penghapus air matamu.
Yang tak ku bangga dariku untukmu.
Dalam hari-harimu, aku kekuatanmu.

Namun, Yang ku bangga dariku untukmu.
Dalam aku mencintai kekuranganmu,
Aku mampu terima kamu apa adanya.
Dan karena itu, aku sungguh bangga menjadi aku.




Selasa, 17 November 2015

Ku Miliki Perantaramu


Kau bunga, ku izinkan kau mekar di situ saja.
Tanpa ku rayu lagi ku ganggu.
Kau bunga, izinkan ku menatapmu dari sudut ini saja.

Sebisa mungkin ku akan merawat lagi menjaga---mu.

Karena apa?

Karena ku sesungguhnya telah memiliki perantara untuk setiap detik bisa dekat denganmu.
Perantara yang tak menuntut ku untuk merayu lalu mengganggu.

Tak menuntut ku untuk tergesa-gesa menyentuh lalu memetik mu. Tak menuntut ku harus jatuh bangun memperjuangkan mu.

Karena apa?
Karena perantara mu, saat ini telah ku anggap cukup untuk menyampaikan sedalam-dalamnya rindu kepadamu.
Jumat, 13 November 2015

Apa-apa

Tentang apa-apa yang tak menjadi apa-apa biarkan itu berlalu. Biarkan apa-apa itu menjauh--dijauhkan seiring berjalannya waktu. Melupa---Lupakan apa-apa yang merusak ketentraman jiwamu. Sebatas menghapus kenangan duka yang tak berbuah apa-apa, dan bukan pelaku pembuat apa-apa.

Barang kali terlalu kecewa: pengorbanan dan pengabdian di hancurkan begitu saja. Ketulusun yang dibawa di kusutkan tak serapi semula, bongkahan permata indah yang pernah diberikan dipecahkan tak bersisa dan hati digores terluka ----Obati dengan penuh senyuman. Jika pun membekas anggap ia sebuah pelajaran yang bisa dipetik: hal baik, untuk dinikmati pada masa mendatang. Jangan pernah merobek kembali jahitan bekas luka karena membuat hati dalam keadaaan membenci dan selalu membenci.

Buatlah apa-apa yang tak sepenuhnya menjadi apa-apa itu sebuah nasehat tersirat yang baik untuk diterpakan dalam menempuh dan memiliki hidup baru dengan apa-apa yang lainnya. Berdampinganlah walau membatasi jarak dengan apapun kenangan terdahulu, belajarlah dari apa-apa yang pernah mengisi hari dan jadikan dia sebagai guru atau perpustakaan ilmu. Aku, kamu, dia dan mereka akan lebih baik dengan apa-apa terdahulu.

 "Apa-apa yang telah menyakiti hati, ia adalah pelajaran agar tak menyakiti apa-apa yang akan dimiliki pada masa mendatang".
Senin, 09 November 2015

Coklatnya, Padamu Bertanya



Dia meracik coklatnya senikmat mungkin.
Selezat mungkin, maksud tujunya.
Agar coklatnya melekat di citarasamu.

Dia mengkreasikan coklatnya seindah mungkin.
Seunik mungkin, maksud tujunya.‎
Agar coklatnya menawan dibola matamu.

Kata mereka, coklatnya  adalah teramat indah,‎
Tersangat sempurna, rasanya terlebih tiada tara.‎
Coklat ini untuk kamu pun telah merasakannya.‎
Dia---aku dan coklatnya ingin bertanya.‎
Apakah ini teristimewa juga?
Selasa, 03 November 2015

Kamu Di Sebelahku (?)

Terhalang oleh sekat-sekat itu.
Nyatanya kau malam ini,
Disebelah-sebelahnya aku.
Ingin menyapamu.
seperti awal jumpa kita,
Di minggu lalu.
Sesungguhnya aku ragu-ragu,
Dan sebetulnya aku tak mampu.

Masih terhalang oleh sekat itu.
Nyatanya kau malam ini,
Diam-diam merayuku.
Ingin ku tatap lalu,
ku nikmati dengan lama
Indah auramu.
Sesungguhnya aku begitu mau.
tetapi tetap saja sebenarnyanya aku tak mampu.




At ChannelCoffee Banda Aceh, 3 November 2015; 21:25 wib.







Sabtu, 31 Oktober 2015

Janji Untuk Diingkari


Kita berjanji untuk tak mengingkari janji.
Janji sehidup semati saling mencintai.
Mencintai seolah-olah diantara kita akan ada yang pergi.
Pergi yang tak memungkinkan untuk kembali.


Begitulah beberpa cerita dari mereka sang pelaku cinta. mereka dengan serentak mengesahkan peraturan-peraturan yang satu sama lain ajukan. Tanpa penuh pertimbangan semua aturan-aturan disematkan dalam buku undang-undang demi menjaga keberlangsungan dalam berkehidupan sebagai pasangan.

Satu dua kali aturan-aturan yang telah dikukuhkan meraka langgar, dengan masih bersenang hati mereka saling memaafkan. Namun jika keterusan dan selalu dilakukan maka timbulah rasa bosan banyak dari mereka yang dikecewakan oleh sebab bosan-bosan berkepanjangan. dan akhirnya memilih untuk pergi, mengingkari janji yang katanya sampai mati, sehingga tak ada lagi sumpah-sumpah cinta yang abadi. Intinya mereka mengingkari janji-janji yang seharusnya ditepati.

Pertanyaannya, dosakah dan terkutukkah bagimereka yang melanggar janji cinta-cinta yang telah merekadibuat sendiri?


Kita berjanji dan kini ku ingkari.
Dosakah aku melanggar aturan ini.
Ku tanyakan pada diri tak henti-henti.
Seakali lagi dosakah aku jika begini?.



Ketika Dua Meter Jarak Kita

Ketika 2 meter adalah jarak kita.
Setegas-tegasnya aku, aku tak mampu bersuara
Karena aku tak berani bersuara.  jika pun ia,
Aku ragu-ragu mengucapkannya.

Ketika 2 meter adalah jarak cinta.
Sekuat-kuatnya, aku tak mampu menyatakan rasa
Karena aku tak berani menceritakan rasa. Jika pun ia,
Aku malu-malu mengungkapkanya.

Ketika 2 meter adalah jarak kau dia.
Selamah-lemahnya aku, aku begitu mampu untuk kecewa.
Karena aku sanggup untuk kecewa. Jika pun tidak.
Aku tak sungkan-sungkan meneteskan air mata.

Ketika ratusan meter adalah masih ada jarak untuk kita menjadi cinta.
Setegas-tegasnya aku yang tak mampu bersuara.
Sekuat-kuatnya aku yang tak berani menyatakan rasa.
Selemah-lemahnya aku yang sanggup menerima kecewa.
Sebenaranya, "Sebijak-bijaknya aku adalah dalam diam, kau yang ku cinta di setiap doa".
Selasa, 06 Oktober 2015

Membenci Adalah Jatuh Cinta

Seperti kata-kata mereka. Hakikat dari terlalu membenci ialah menjatuhkan hati sedalam-dalamnya, mencintai sejauh-jauhnya, mendoakan setulus-tulusnya, sehingga menuntut untuk dimiliki selama-lamanya. Semakin rumit merendah-rendahkannya semakin sulit melupakannya. Semakin aktif mengucil-ngucilkannya semakin arif untuk merabanya.
Ahh, Konsep apakah ini?
Bagaimana dengan aku?
Semestinyakah setuju?
Sungguh aku tak mau mengiyakannya dan membenar-benarkankanya. Meski terkadang, pada kenyataannya benci adalah cinta terlalu sering berhari raya mengusik jiwa.
Minggu, 09 Agustus 2015

Melangkah Semestinya Aku Benar

Melangkah,
Melewati yang mestinya dimiliki.
Mengabaikan,
Kamu-kamu yang seharusnya aku layani.
Aku terlalu pendiam.
Aku salah.
Ya, aku salah.

Melompat,
Terus melewati yang harusnya di genggam.
Melupakan,
Kamu-kamu yang semestinya aku kasihi.
Aku terlalu  sombong.
Aku salah.
Ya, aku salah.

Melangkah lalu melompat,
Terus menerus melewati yang sepatutnya mengisi ruang sepi.
Mengabaikan lalu melupakan,
Kamu-kamu yang berharap akan sepenuhnya aku cintai.
Aku begitu Karena aku terlalu pesimis.
Aku terlalu takut kamu-kamu akan sakit hati.
Aku benar?
Hmmp, aku benar.
Melangkah, semestinya aku  benar. (ar)
Kamis, 06 Agustus 2015

Ketika Kau Bercermin

Ketika kau.
Bercermin di depan lemari kaca.
Diammu.
Kakumu.
Senyummu.
Tawamu.
Bibirmu.
Mancungmu.
Bola matamu.
Wajahmu.
Hatimu.
Kebaikanmu.
Kelembutanmu.
Dan, semua darimu.
Adalah kau merasa
Terlihat cantik.

Kau tahu?
Kau tahu. 
Kau tahu kapan dirimu akan
Terlihat lebih indah dan
Begitu cantik.
Ya, kala kau selalu bercermin,
Di hadapan‎
Bola mataku.

Sabtu, 01 Agustus 2015

Menunggu Untuk Menanti

Telah lelah untuk mencari, kebanyakan menyakitkan diri.
Telah lelah bertualang lagi, ketidakbenaran mencukupi langkah
untuk‎ mengatur napas di sini.

"Lalu
Berhenti, mencoba menanti sesuatu hal yang telah pasti.
Menanti, mereka yang pernah menjauh pergi.
Menanti, mereka yang pernah ditinggal pergi.
Menanti, mereka yang pernah hampir jadi.
Menanti, mereka yang pernah tak menginginkan jadi.
Dan Menanti, dari mereka yang telah dipastikan untuk
kembali menepi di sini.‎
Berdiam, berupaya menunggu mereka yang telah ditakdirkan.
Menunggu, mereka yang akan dirindukan.
Menunggu,mereka yang akan saling merindukan.
Menunggu, mereka yang akan dibutuhkan.
Menunggu, mereka yang akan saling membutuhkan.
Dan menunggu, dari mereka yang telah ditakdirkan sebagai  
Pemberi cinta, penyempurna kehidupan".

Biarkan saja raga begitu lelah untuk  menunggu dan menanti, tiba waktunya nanti tanpa cerita menyakitkan diri, mereka dengan sendirinya akan  berbangga hati datang menghampiri.
Sabtu, 04 Juli 2015

Tentang Sahabatmu

Sahabatmu terlalu manis merayu, merakit-rakit puzzle puitis  untuk mendobrak dinding hatimu. Menyanyikan lirik-lirik syahdu, mendayung perahu menuju auramu. Memetik senar gitar tersusun merdu, menaiki tangga tinggi lalu melompat tercebur tepat dipelukmu.
Sahabatmu terlalu banyak qasas  mengadu, tentang bermacam bentuk rindu memunculkan tunas cinta, tentang beberapa derita yang memuncratkan air mata, lalu, tentang beribu rasa terasa berbagaimana pun bentuknya. setiap cerita, telinga tak pernah berupaya untuk tuli; menarik diikuti.

Baru tahu..
Sahabatmu terkadang terlalu lugu jika dilamuni, karena telah jatuh hati pada karib sendiri, cerita tentangmu yang disamar-samri,seperti kasus pencurian yang tengah diselidiki, panggil akrabmu diubah dan diganti menjadi dua suku kata yang  dulu lalu sangat menarikku untuk mengartikannya. Sungguh kasus yang sangat indah untuk diinvestigasi.

Sebelumnya,
Sempat mengintip..
Sahabatmu sering terbesit menyelip senyummu dalam doanya, harapan-harapan  yang dilimpah mampu untuk  menggoyah atap rumah, dan dapat mengusutkan alas sajadah; tempat sahabatmu meminta. Penampakan-penampakan haru  ini kerap hadir dimata jika sempat sejenak beristirahat dengannya dikediamannya.

Sesudahnya,
Pembuat Kagum..
Sahabatmu pernah menyampaikan seutas kata penggugah  yang ditiupi langsung secara halus mendarat santai dikupingku, meracuni hatiku dan mungkin hatimu juga. Katanya: 
"Mencintaimu, Biarkanku berbahagia denganmu khusyuk dalam sujudku". 
...........
Sungguh teramat indah tutur sahabatmu itu. Berharap, tersampaikan padamu Kisah indah sahabat baikmu .

Hanya

Matahari butuh terbit dan terbenam.



Air butuh membeku dan mencair.


Udara butuh terbang dan terdiam.


Tanah butuh basah dan kering.


Laut butuh pasang dan surut.


Pohon butuh gersang dan tandus.


Daun butuh tumbuh dan layu.


Dan..

Aku, hanya butuh kamu dan cintamu..
Rabu, 01 Juli 2015

Ha(r)us

Terlalu bijak dan manis terhadapku.
Membuat hasrat begitu tak menentu.
Semakin Bingung persimpangan tujuku.
Dengan haluanmu yang selalu mengganggu.

Bukannya payung tak setuju.
Bukannya teras tak mau.
Bukankah sang awan darinya telah berseru.
Meneduh dan membalutimu dari sinar panas itu.

Berharap menjauh, berharap sejenak pergi.
Sebelum rasa ha(r)us menyepi, teringkari lagi.
Biarkanlah aku tenang mengamankan diri.
Jauh darimu pengusik lubuk isi hati.

Ini tak semerta-merta menyalahkan tingkahmu.
Mungkin insting ini terlalu ceroboh menilaimu.
Jalur baik, berbalik dan kututupi lintasanmu.
Sehingga tema penghancur tak mengecap menjulukiku.

Kini, Berjuta keha(r)usan memegang kuat seluruh tuturku.
Terbang mendiamkan  mimpi-mimpi teduh bersamamu.
Sebagai makhluk penuh dengan rasa menghormati diri.
Mencederai cintamu dan dia adalah kesalahan fatal yang mengutukku.
Selasa, 30 Juni 2015

Perasaan Terdiam III

Mengapa selalu tentang harapan.
Mengaung-ngaung dalam arus ombak yang sama. terhanyut,terseret dan tenggelam lipatan hempasannya. Padahal, cukup mengangkat satu langkah kai untuk melampaui garis pantai yang teramat aman untuk bersantai dan merasakan lembut elusan sang angin.

Mengapa selalu tentang Menanti.
Mengurung diri dalam ruangan kumuh yang terlihat hampir rubuh, ditemani serangga yang berlantun riuh, suasananya seperti subuh namun tak terdapat udara yang menyegarkan tubuh. Padahal, cukup berdiri keluar menyaksikan langit biru terdapat surya terang dan lega menyaksikan hiasan ciptaan Tuhan.

Mengapa selalu  tentang Perasaan terdiam.
Bukankah itu membosankan, selalu tentang penantian-penantian yang sampai saat larut malam ini tak ada tanda-tanda ia akan datang dan terlebih menyakitkan ia sibuk dengan keindahan yang telah ia rajutkan dengan yang lainnya.

Mengapa?

Karena Perasaan terdiam membiri berjuta kekuatan dan pembelajaran untuk menanti seseorang yang terpendam, meski pada akhirnya belum diketahui apakah ia berlabuh kehati pelaku perasaan terdiam menghadirkan kebahagian atau terpeleset kedalam jurang penuh duri penyiksaan, namun dengan penuh kekuatan, pelaku perasaan terdiam tetap bersikukuh menegakkan kesetiaan.

"Perasaan terdiam membuat pelakunya menghargai arti kesetiaan"

Senin, 29 Juni 2015

Jatuh Cinta Secara Diam-Diam

Selangkah dibelakangmu.
Merasa goresan indah telah meraba.
Menjalar keujung puncak logika.
Mewarnai lembar putih tanpa reda.

5 meter dibelakangmu.
Kesenagan jatuh begitu dalam.
Menelusuri hati teramat tentram.
Menancapkan tiang kerinduan.

7 meter dibelakangmu
Membangun Istana impian.
Angan Penuh Harapan.
Bersama merajut kemesraan.

8 meter dibelakangmu
Terdiam dalam keriuhan.
Berhenti Menyusun keindahan.
Merusak niat kemewahan.

10 meter dibelakangmu.
Penuh dengan keraguan.
Bisik ingin menyatakan.
Namun Penghalang menggagalkan.

Ratusan meter dibelakangmu.
Tak peduli akan menulis dan menghapus.
Memiliki meski terpisah beberapa radius.
Demi Berharap akan menikmati kasih tulus.
Tetap Mengikuti langkahmu walau raga begitu haus.

(Nanti) Jika sejajar tak lagi dibelakangmu.
Menerima segela rintik yang dirasakan.
atau mungkin cerita bertepuk sebelah tangan.
Berterima Kasih penuh senyuman.
Karena dibelakangmu telah melugukanku untuk,
"Jatuh Cinta Secara Diam-Diam".



Selasa, 16 Juni 2015

Sajak Keturunan Raja

Di sini negeri segitiga ini,
Nama itu begitu familiar.
Keterunan Teuku dan raja
Pasti membubuhkan nama itu ke putri kesayangannya.

Nama itu sebagai identitas
seluruh nusantara dan sebahagian belahan dunia tau,
Jika Panggilan nama itu berasalkan dari
Negeriku, yang kini disebut Negeri seribu Warung kopi.

Bagaimana tidak, sebagian wanita yang berlebelkan nama itu,
telah memukul mundur para penjarah
Yang ingin menjajah serambi mekkah
sehingga mereka melambaikan bendera putih tanda menyerah.

Lalu apa hubungannya dengan daku,
Ada apa dengan Lebel nama itu,
Adakah saudaraku yang mengunakan nama itu,
Sehinggu aku menulis dan membanggakan nama itu disini.

Tidak, tidak ada hubungannya dengan daku,
tak ada saudariku satu pun yang menggunakan nama itu,
Karena keluarga nenekku bukan keturunan raja dan teuku
Jadi, tak ada kaitannya dengan daku.

Cuma, Aku hanya salut akan nama itu,
Setiapa Nama depan yang menggunakan panggilan itu,
Mereka, memiliki ketrampilan tersendiri,
terkadang memikatku untuk kagum akan kelebihan nama itu.

Sering kali ada hal yang membautku lugu,
ada yang membuatku terayu,
dan mungkin ada yang membuatku mati kutu
Karena mereka pengguna nama itu.

Jadi, aku berbangga dengan mereka yang mengunakan sebutan nama itu,
Di Negeri ku ini mereka bisa memberikan beberapa hal keunikan.
Berguna bagi agama dan bangsa, bermanfaat bagi keluarga,
dan ada juga yang memberikan kesejukan tiap kali kali berjumpa dengan nama itu.

Harapku, Tuhan tolong titip pesan kesalah seorang pengguna nama itu,
Titip salam manis dari daku,
Penunggu setia Yang mengagumi si salah satu nama itu.
Salah satu nama yang tiap kali mengoyahkanku.


Musim Panas Ini Tak Semestinya Hujan

Saat belahan bumi utara dicerahkan oleh musim panas, bagian selatan dilanda musim sejuk yang membuat  butiran air menjadi es teramat keras. Di tempat kakiku berdiri seharusnya dilanda musim kemarau. Kenapa dan entah apa yang terjadi, bagaimana bisa rintihan hujan jatuh membasahi rambut yang tak lurus ini. Apakah ini yang dinamakan rahmat Tuhan.


Alam menyambut gembira akan hadirnya kristal-kristal bening. Daun, pepohonan, dan sebagian bintang menyambut ria akan hal itu. Bagaimana dengan manusia?, sekelompok besar mereka berbahagia karena tanaman pangan berseri gembira, dan sebagian kecil dari mereka sangat kecewa karena tak bisa menikmati matahari tersenyum lebar setiap harinya. Bagaimana dengan Aku?.



Aku merasa senang lantaran hujan memberikan berkah bagi mereka yang mencintai tanaman. Dan juga aku merasa sedih saat harus meneteskan air hujan dari ujung mata disaat raga ini sedang bermain dalam kebahagiaan. Bagaimana tidak, seharusnya musim panas saya bisa memandangmu dari kejauhan menikmati bintang gemintang, menikmati bulan disaat malam, menikmati fajar dan senja saat matahari mulai terbit hingga terbenam namun telah dihampiri gerombolan awan hitam yang menutupi kerinduan dengan cambuk kesedihan.



Sebelas hari dimusim panas ini kunikmati keindahanmu, senyuman yang ditampilkan melegakan hati penuh dengan rasa kegelisahan menikmatkan. Aku tau hujan memang akan datang, namun tidak sepantasnya gerombolan awan hitam yang menggelapkan kecerahanmu di dua hari ini menetupimu, sehingga aku jatuh kecewa tiap kali menatap layar langitmu.



Dari kejadian ini aku sadar, begitulah kehidupan cinta yang tak dapat diprediksikan oleh setiap pemikiran insan, kegelapan dan kecerahan bisa datang kapan saja karena semua telah dirancang dan ditakdirkan oleh logika tuhan, ada kalanya menunggu siang dengan kebagahagian malah petir menyambar memberi berjuta kepedihan yang teramat mengejutkan, dan ada kala kegelapan hujan berubah dengan sekajap saja menampilkan milyaran kecerahn yang teramat banyak keindahan.



Aku yang manusia lemah ini hanya akan menunggu mendung itu pergi dari langitmu, walau ia menghadirkan pelangi bagimu namun bagiku itu bak sebilah lengkungan pisau yang terkadang menggores harapan ini. Langit dan kecerahanmu membuat aku menunggumu walau hanya bisa sebatas menikmatimu dari kejauhan karena kamu telah dijodohkan dengan awan kegelapan.
Senin, 08 Juni 2015

Mie Aceh(nya)



Begitukah nikmat.
Begitukah lezat.
Ya Begitu sangat menggoda.
Tergiur mencicipinya.

Entah apa resepnya
Entah bagaimana penyajiannya
Entah siapa yang menyajikannya
Tentunya iya sangat-sangat membuat lidah menari bahagia.

Mie aceh itu sebutannya.
Mie aceh aku suka padanya.
Mie aceh rasanya membuatku tergila.
Bukankah malam ini terasa teramat indah untuk mencicipinya.

Ya begitulah cerita mie aceh malam ini.
Nikmat, namun ada tersirat rasa terlebih nikmat,
tanyakmu, "kenapa dan mengapa?"
"Tersenyum sendiri kali ini", jawabku.

Alasannya.

Bumbu berbentuk lengkungan bibirnya di siang tadi telah menaburkan
citarasa nikmat tersendiri bagi diri ini.
Bukan sekedar nikmat dimulut.
Namun Mie aceh(nya) memberikan kenikmatan tak terhingga di jiwa ini.

Seandainya,

Malam ini, Bumbu senyumnya itu ada disini.
Betapa candunya aku untuk mencicipi mie aceh(nya) ini.

Kesanku,

Mie aceh, cita rasamu mebuat ku suka.
Mie aceh(nya), senyumnya membuatku semakin cinta.
Selasa, 02 Juni 2015

(Salahkan) Bola Matamu

Dibalik sehelai lembar kaca yang membalut bola matamu
Terdapat tanda tanya yang cukup besar adanya.
Apakah? adakah? atau apa mungkinkah ada Ra- ahh.
Aku menyangkal Keberadaan Rasa itu.

Dibelakang sebuah kaca mata yang melindungi retinamu
Terdapat tanda ingin tahu yang cukup besar rasanya.
Apakah? adakah? atau apa mungkin rasanya i-, uhh
Aku selalu menerka-nerka keberadaan rasa itu lagi.

Didepan sehelai lembar kaca yang membalut bola matamu,
Aku tahu ada yang sedang membuatmu tersenyum bahagia,
Bukan daku tapi dia, dia yang selalu dekat denganmu. ahh
Aku salah dan harus menyangkal keberadaan rasa sukaku.

Didepan sebuah kaca mata yang melindungi retinamu,
Aku tahu ada yang sedang kamu sayangi disetiap harimu kini.
Aku tahu, aku salah, menumumbuhkan rasa penasaran itu,
Aku salah dan aku mesti terdiam meski rasa suka itu semakin tumbuh.

Jangan salahkan aku karena pucuk rasa itu tumbuhkan semakin besar.
Tapi salahkan bola matamu mengapa tetap kamu taburi pupuk indah itu.

Salahkan Bola Matamu.
Jangan Salahkan aku.
Sabtu, 30 Mei 2015

Senyumnya Hari Ini






Senyumnya hari ini.
Memberikan Warna cerah lagi.
Bagaimana kaki bisa melangkah
Jika senyumnya mengikutimu.

Senyumnya hari ini.
Membuat rasamu tak karuan.
Bagaimana mulutmu bisa berkata-kata.
Jika senyumnya menggetarimu.

Senyumnya hari ini.
Hanya Dirimu yang merasakan itu berbeda.
Merasakan bukan sekedar senyuman.
Walau baginya itu hanya sekedar senyuman yang tak bearti apa-apa.

Senyumnya hari ini.
Mungkin untuk sekedar menertawakanmu.
Karena kamu dianggap dekat dengan ku.
Padahal kamu sangat berharap dekat dengan senyumnya.

Senyumnya hari ini.
Semakin membuatmu semakin tertarik erat menuju hatinya.
Dan kamu ingin menetap segera dihatinya.
Merasakan lebih senyum manisnya.

Begitulah senyum manisnya hari ini.
Kamu dibuat kaku dan terbelenggu.
Semoga saja kamu bisa mencicipi senyum manisnya itu dilain waktu.
iya, mencicipi itu saat kamu memilikinya.
Mencicipi dan menjaga senyumnya sampai akhir hayatmu.

Selasa, 26 Mei 2015

Hujan Gelap Hujan Terang





Hujan gelap
rintiknya tak terlihat
Hujan Terang
Rintiknya memberi ketakutan

Bila saja hujan gelap terlihat
maka akan kutunggu hujan terang yang menakutkan
Bila saja hujan gelap masih tak terlihat
maka mau tak mau akan kutunggu hujan terang yang menakutkan

Gelapnya membuat rintik hujan lain tak terlihat
Terangnnya memberikan ketakutan untuk melihat yang lainnya
Gelap, menutup hati untuk yang lainnya
Terang, sungguh menakutkan karena harus menunggu hal yang menakutkan.

"Biarkan hujan gelap menutup mata ini
Biarkan hujan terang untuk menunggumu yang menakutkan itu'
Senin, 25 Mei 2015

Cerita Lugu

Buka matamu,
Tataplah yang terlihat,
Bukankah itu begitu indah?
"iya, sungguh indah".

Buka mulutmu,
cicipilah yang ternikmat,
Bukankah itu begitu manis?
"iya, Sangat Manis".

Buka Hatimu,
Terimalah yang hadir di hadapan,
Bukankah itu yang sangat besar memancarkan cahaya cinta?
"Tidak, Tidak sekarang".

Sudah terlalu lugu akan hal itu,
Indah namun menyakitkan,
Bersungguh-sungguh namun dipermainkan,
Bukankah itu cerita lugu.

Biarkan mereka merasakan cerita lugu,

tak pedilu mereka berkata "kamu lebih lugu".
Karena yang kutahu, "cerita itu memang lugu".
Kini yang ku ingin, ialah:
Menunggu, menanti dan berharap cerita lugu lain yang tak memberi kesedihan, walaupun itu tetap cerita lugu.

"Cerita Lugu, Antara Keindahan dan kesedihan yang sering dimainkan semua orang "

Sabtu, 23 Mei 2015

Perasaan Terdiam II

Hilang semua cerita yang memeluk bulan itu.
Tentang daku dan membiarkan perasaan terdiam berlalu.
Hari-hari berdekorasi garis cekung bibirmu.
Kini teramat sungguh sulit di lewati.

Banyak cerita tentang berbagai macam cara untuk terdiam.
Menikmati senyuman dari kejahuan
Mungkin, dulu daku terlalu lalai dengan kedipan bintang yang lainnya.
Sehingga bintang jingga yang diharapkan.
Menghilang dibalut rasa kebahagian dari yang lainnya.

Aku
Sebatas tawanan yang tak mampu terpenjara hatimu.
Ruang sempitmu telah diisi tawannan lainya.
Barang kali, saat itu daku terlalu takut untuk menetap disitu.
Sehingga, tawanan yang lain selangkah lebih maju dariku.

Aku..
Calon tawanan yang berharap nanti menempati ruang itu.
Berharap ruang itu dan menetap ruang itu.
Bukan bearti mengharap tawanan itu keluar.
Tapi, itu isi kecil harapan ini


"Perasaan yang terdiam, anugerah terindah yang tak pernah di harapkan,
Perasaan terdiam, yang jika terlalu lama dipendam maka ia akan menahan lubuk hati yang lain" 
Selasa, 05 Mei 2015

Jus Mangga



Jus Mangga..
Segar, menyegarkan jiwa di hari ini.
Sejuk,menyejukkan hati di siang ini.
Nikmat melekat menghapus gerah.

Jus Mangga..
Kenapa hari ini jus mangga.
Bukankah banyak minuman lainnya.
Lebih Menentramkan raga?

Suasana hati itu jawabannya.
setidaknya dengan jus mangga.
bisa sedikit menghapus kesedihan semalam
Dengan rasa manisnya.
Walau terkadang rasa asamnya melekat juga
di sela-sela lidah ini.

Untuk jus mangga.
Mungkin akan menemani hati untuk beberapa siang kedepan.
Walau jus mangga.
tak bisa menggantikan kerinduaan disaat dinginnya malam.

Kepada jus mangga,
Terima kasih telah sedikit menenagkan jiwa.
Dan Kepada jus mangga.
Hari ini Aku merindukannya.


Jumat, 24 April 2015

Khwatir dan Bertanya-tanya



Bertanya-tanya.
Apa, kenapa, bagaimana, dimana, kapan, dan siapa
Membuatmu seperti itu.
Apakah aku yang jauh disini?

Menerka-nerka.
Hal terburuk, tak menyenangkan, sedih dan bahkan menangis.
Membuatku Khawatir seperti ini.
Apakah dirimu baik-baik saja?

Setiap warna awan berubah menjadi gelap dan angin bertiup kencang.
Pepohonan mengira hujan lebat akan membasahi 
dan mungkin saja meneggelaminya, membuatku kembali bertanya-tanya.
Apakah aku gerombolan awan gelap itu?

Baik-baik saja, suaramu membisikkan itu.
tapi aromamu memberikan pesan-pesan
berbanding terbalik dari ucapanmu.
Apakah aku terlalu mengkhawatirkanmu?

Mungkin aku akan selelu seperti ini,
mengkhawatirkan sesuatu yang tak pantas dikhawatirkan.
mengnanya-nanyakan sesuatu yang tak perlu ditanyakan.
sehingga membuatmu resah dan mengusik suasana kenyamanan.

Aku, Bertanya.
Bukan dengan sengaja kutunjukkan rasa perhatianku semata.
Namun, aku bertanya.
Karena cinta, selalu membawaku bertanya-tanya.
Dan karena cinta, rasa khawatir ini selalu ada. 
Minggu, 29 Maret 2015

BINGUNG


Saya lupa dengan segalanya
Dengan dulu, yang begitu sangat membingungkan
Kali ini, saya ingat semuanya
Dengan sekarang, yang sangat membingungkan, tanpa arah, terseset di ruang penuh senyuman.

dulu, terbingungkan akan hal yang membuat hidup menjadi mendung
dan akhirnya tidur dalam kesedihan
kini, terbingungkan akan hal membuat hari-hari lebih cerah
dan akhirnya terbangun dengan senyuman

Bingungnya itu menyenangkan
karena tak membuat kepala menjadi pusing
bingungnya membahagiakan
karena tak membuat perasaan terganganggu mengusik

Pertahan semua itu yang membingungkanku
Karena dalam bingung itu rasar rindumu tersamapaikan kepadaku.
itu caramu itu cintamu aku nyaman akan hali itu.

Karena kamu "membingungkanku dalam kebahagian itu".