Top Social

Dengan Tinta Terkadang Aku Tak Butuh Bersuara Untuk Sekedar Menceritakan Apa Yang Kurasa

Selasa, 16 Juni 2015

Musim Panas Ini Tak Semestinya Hujan

Saat belahan bumi utara dicerahkan oleh musim panas, bagian selatan dilanda musim sejuk yang membuat  butiran air menjadi es teramat keras. Di tempat kakiku berdiri seharusnya dilanda musim kemarau. Kenapa dan entah apa yang terjadi, bagaimana bisa rintihan hujan jatuh membasahi rambut yang tak lurus ini. Apakah ini yang dinamakan rahmat Tuhan.


Alam menyambut gembira akan hadirnya kristal-kristal bening. Daun, pepohonan, dan sebagian bintang menyambut ria akan hal itu. Bagaimana dengan manusia?, sekelompok besar mereka berbahagia karena tanaman pangan berseri gembira, dan sebagian kecil dari mereka sangat kecewa karena tak bisa menikmati matahari tersenyum lebar setiap harinya. Bagaimana dengan Aku?.



Aku merasa senang lantaran hujan memberikan berkah bagi mereka yang mencintai tanaman. Dan juga aku merasa sedih saat harus meneteskan air hujan dari ujung mata disaat raga ini sedang bermain dalam kebahagiaan. Bagaimana tidak, seharusnya musim panas saya bisa memandangmu dari kejauhan menikmati bintang gemintang, menikmati bulan disaat malam, menikmati fajar dan senja saat matahari mulai terbit hingga terbenam namun telah dihampiri gerombolan awan hitam yang menutupi kerinduan dengan cambuk kesedihan.



Sebelas hari dimusim panas ini kunikmati keindahanmu, senyuman yang ditampilkan melegakan hati penuh dengan rasa kegelisahan menikmatkan. Aku tau hujan memang akan datang, namun tidak sepantasnya gerombolan awan hitam yang menggelapkan kecerahanmu di dua hari ini menetupimu, sehingga aku jatuh kecewa tiap kali menatap layar langitmu.



Dari kejadian ini aku sadar, begitulah kehidupan cinta yang tak dapat diprediksikan oleh setiap pemikiran insan, kegelapan dan kecerahan bisa datang kapan saja karena semua telah dirancang dan ditakdirkan oleh logika tuhan, ada kalanya menunggu siang dengan kebagahagian malah petir menyambar memberi berjuta kepedihan yang teramat mengejutkan, dan ada kala kegelapan hujan berubah dengan sekajap saja menampilkan milyaran kecerahn yang teramat banyak keindahan.



Aku yang manusia lemah ini hanya akan menunggu mendung itu pergi dari langitmu, walau ia menghadirkan pelangi bagimu namun bagiku itu bak sebilah lengkungan pisau yang terkadang menggores harapan ini. Langit dan kecerahanmu membuat aku menunggumu walau hanya bisa sebatas menikmatimu dari kejauhan karena kamu telah dijodohkan dengan awan kegelapan.
Be First to Post Comment !
Posting Komentar