Top Social

Dengan Tinta Terkadang Aku Tak Butuh Bersuara Untuk Sekedar Menceritakan Apa Yang Kurasa

Featured Posts Slider

Image Slider

Sabtu, 31 Oktober 2015

Janji Untuk Diingkari


Kita berjanji untuk tak mengingkari janji.
Janji sehidup semati saling mencintai.
Mencintai seolah-olah diantara kita akan ada yang pergi.
Pergi yang tak memungkinkan untuk kembali.


Begitulah beberpa cerita dari mereka sang pelaku cinta. mereka dengan serentak mengesahkan peraturan-peraturan yang satu sama lain ajukan. Tanpa penuh pertimbangan semua aturan-aturan disematkan dalam buku undang-undang demi menjaga keberlangsungan dalam berkehidupan sebagai pasangan.

Satu dua kali aturan-aturan yang telah dikukuhkan meraka langgar, dengan masih bersenang hati mereka saling memaafkan. Namun jika keterusan dan selalu dilakukan maka timbulah rasa bosan banyak dari mereka yang dikecewakan oleh sebab bosan-bosan berkepanjangan. dan akhirnya memilih untuk pergi, mengingkari janji yang katanya sampai mati, sehingga tak ada lagi sumpah-sumpah cinta yang abadi. Intinya mereka mengingkari janji-janji yang seharusnya ditepati.

Pertanyaannya, dosakah dan terkutukkah bagimereka yang melanggar janji cinta-cinta yang telah merekadibuat sendiri?


Kita berjanji dan kini ku ingkari.
Dosakah aku melanggar aturan ini.
Ku tanyakan pada diri tak henti-henti.
Seakali lagi dosakah aku jika begini?.



Ketika Dua Meter Jarak Kita

Ketika 2 meter adalah jarak kita.
Setegas-tegasnya aku, aku tak mampu bersuara
Karena aku tak berani bersuara.  jika pun ia,
Aku ragu-ragu mengucapkannya.

Ketika 2 meter adalah jarak cinta.
Sekuat-kuatnya, aku tak mampu menyatakan rasa
Karena aku tak berani menceritakan rasa. Jika pun ia,
Aku malu-malu mengungkapkanya.

Ketika 2 meter adalah jarak kau dia.
Selamah-lemahnya aku, aku begitu mampu untuk kecewa.
Karena aku sanggup untuk kecewa. Jika pun tidak.
Aku tak sungkan-sungkan meneteskan air mata.

Ketika ratusan meter adalah masih ada jarak untuk kita menjadi cinta.
Setegas-tegasnya aku yang tak mampu bersuara.
Sekuat-kuatnya aku yang tak berani menyatakan rasa.
Selemah-lemahnya aku yang sanggup menerima kecewa.
Sebenaranya, "Sebijak-bijaknya aku adalah dalam diam, kau yang ku cinta di setiap doa".
Selasa, 06 Oktober 2015

Membenci Adalah Jatuh Cinta

Seperti kata-kata mereka. Hakikat dari terlalu membenci ialah menjatuhkan hati sedalam-dalamnya, mencintai sejauh-jauhnya, mendoakan setulus-tulusnya, sehingga menuntut untuk dimiliki selama-lamanya. Semakin rumit merendah-rendahkannya semakin sulit melupakannya. Semakin aktif mengucil-ngucilkannya semakin arif untuk merabanya.
Ahh, Konsep apakah ini?
Bagaimana dengan aku?
Semestinyakah setuju?
Sungguh aku tak mau mengiyakannya dan membenar-benarkankanya. Meski terkadang, pada kenyataannya benci adalah cinta terlalu sering berhari raya mengusik jiwa.