Top Social

Dengan Tinta Terkadang Aku Tak Butuh Bersuara Untuk Sekedar Menceritakan Apa Yang Kurasa

Featured Posts Slider

Image Slider

Selasa, 30 Juni 2015

Perasaan Terdiam III

Mengapa selalu tentang harapan.
Mengaung-ngaung dalam arus ombak yang sama. terhanyut,terseret dan tenggelam lipatan hempasannya. Padahal, cukup mengangkat satu langkah kai untuk melampaui garis pantai yang teramat aman untuk bersantai dan merasakan lembut elusan sang angin.

Mengapa selalu tentang Menanti.
Mengurung diri dalam ruangan kumuh yang terlihat hampir rubuh, ditemani serangga yang berlantun riuh, suasananya seperti subuh namun tak terdapat udara yang menyegarkan tubuh. Padahal, cukup berdiri keluar menyaksikan langit biru terdapat surya terang dan lega menyaksikan hiasan ciptaan Tuhan.

Mengapa selalu  tentang Perasaan terdiam.
Bukankah itu membosankan, selalu tentang penantian-penantian yang sampai saat larut malam ini tak ada tanda-tanda ia akan datang dan terlebih menyakitkan ia sibuk dengan keindahan yang telah ia rajutkan dengan yang lainnya.

Mengapa?

Karena Perasaan terdiam membiri berjuta kekuatan dan pembelajaran untuk menanti seseorang yang terpendam, meski pada akhirnya belum diketahui apakah ia berlabuh kehati pelaku perasaan terdiam menghadirkan kebahagian atau terpeleset kedalam jurang penuh duri penyiksaan, namun dengan penuh kekuatan, pelaku perasaan terdiam tetap bersikukuh menegakkan kesetiaan.

"Perasaan terdiam membuat pelakunya menghargai arti kesetiaan"

Senin, 29 Juni 2015

Jatuh Cinta Secara Diam-Diam

Selangkah dibelakangmu.
Merasa goresan indah telah meraba.
Menjalar keujung puncak logika.
Mewarnai lembar putih tanpa reda.

5 meter dibelakangmu.
Kesenagan jatuh begitu dalam.
Menelusuri hati teramat tentram.
Menancapkan tiang kerinduan.

7 meter dibelakangmu
Membangun Istana impian.
Angan Penuh Harapan.
Bersama merajut kemesraan.

8 meter dibelakangmu
Terdiam dalam keriuhan.
Berhenti Menyusun keindahan.
Merusak niat kemewahan.

10 meter dibelakangmu.
Penuh dengan keraguan.
Bisik ingin menyatakan.
Namun Penghalang menggagalkan.

Ratusan meter dibelakangmu.
Tak peduli akan menulis dan menghapus.
Memiliki meski terpisah beberapa radius.
Demi Berharap akan menikmati kasih tulus.
Tetap Mengikuti langkahmu walau raga begitu haus.

(Nanti) Jika sejajar tak lagi dibelakangmu.
Menerima segela rintik yang dirasakan.
atau mungkin cerita bertepuk sebelah tangan.
Berterima Kasih penuh senyuman.
Karena dibelakangmu telah melugukanku untuk,
"Jatuh Cinta Secara Diam-Diam".



Selasa, 16 Juni 2015

Sajak Keturunan Raja

Di sini negeri segitiga ini,
Nama itu begitu familiar.
Keterunan Teuku dan raja
Pasti membubuhkan nama itu ke putri kesayangannya.

Nama itu sebagai identitas
seluruh nusantara dan sebahagian belahan dunia tau,
Jika Panggilan nama itu berasalkan dari
Negeriku, yang kini disebut Negeri seribu Warung kopi.

Bagaimana tidak, sebagian wanita yang berlebelkan nama itu,
telah memukul mundur para penjarah
Yang ingin menjajah serambi mekkah
sehingga mereka melambaikan bendera putih tanda menyerah.

Lalu apa hubungannya dengan daku,
Ada apa dengan Lebel nama itu,
Adakah saudaraku yang mengunakan nama itu,
Sehinggu aku menulis dan membanggakan nama itu disini.

Tidak, tidak ada hubungannya dengan daku,
tak ada saudariku satu pun yang menggunakan nama itu,
Karena keluarga nenekku bukan keturunan raja dan teuku
Jadi, tak ada kaitannya dengan daku.

Cuma, Aku hanya salut akan nama itu,
Setiapa Nama depan yang menggunakan panggilan itu,
Mereka, memiliki ketrampilan tersendiri,
terkadang memikatku untuk kagum akan kelebihan nama itu.

Sering kali ada hal yang membautku lugu,
ada yang membuatku terayu,
dan mungkin ada yang membuatku mati kutu
Karena mereka pengguna nama itu.

Jadi, aku berbangga dengan mereka yang mengunakan sebutan nama itu,
Di Negeri ku ini mereka bisa memberikan beberapa hal keunikan.
Berguna bagi agama dan bangsa, bermanfaat bagi keluarga,
dan ada juga yang memberikan kesejukan tiap kali kali berjumpa dengan nama itu.

Harapku, Tuhan tolong titip pesan kesalah seorang pengguna nama itu,
Titip salam manis dari daku,
Penunggu setia Yang mengagumi si salah satu nama itu.
Salah satu nama yang tiap kali mengoyahkanku.


Musim Panas Ini Tak Semestinya Hujan

Saat belahan bumi utara dicerahkan oleh musim panas, bagian selatan dilanda musim sejuk yang membuat  butiran air menjadi es teramat keras. Di tempat kakiku berdiri seharusnya dilanda musim kemarau. Kenapa dan entah apa yang terjadi, bagaimana bisa rintihan hujan jatuh membasahi rambut yang tak lurus ini. Apakah ini yang dinamakan rahmat Tuhan.


Alam menyambut gembira akan hadirnya kristal-kristal bening. Daun, pepohonan, dan sebagian bintang menyambut ria akan hal itu. Bagaimana dengan manusia?, sekelompok besar mereka berbahagia karena tanaman pangan berseri gembira, dan sebagian kecil dari mereka sangat kecewa karena tak bisa menikmati matahari tersenyum lebar setiap harinya. Bagaimana dengan Aku?.



Aku merasa senang lantaran hujan memberikan berkah bagi mereka yang mencintai tanaman. Dan juga aku merasa sedih saat harus meneteskan air hujan dari ujung mata disaat raga ini sedang bermain dalam kebahagiaan. Bagaimana tidak, seharusnya musim panas saya bisa memandangmu dari kejauhan menikmati bintang gemintang, menikmati bulan disaat malam, menikmati fajar dan senja saat matahari mulai terbit hingga terbenam namun telah dihampiri gerombolan awan hitam yang menutupi kerinduan dengan cambuk kesedihan.



Sebelas hari dimusim panas ini kunikmati keindahanmu, senyuman yang ditampilkan melegakan hati penuh dengan rasa kegelisahan menikmatkan. Aku tau hujan memang akan datang, namun tidak sepantasnya gerombolan awan hitam yang menggelapkan kecerahanmu di dua hari ini menetupimu, sehingga aku jatuh kecewa tiap kali menatap layar langitmu.



Dari kejadian ini aku sadar, begitulah kehidupan cinta yang tak dapat diprediksikan oleh setiap pemikiran insan, kegelapan dan kecerahan bisa datang kapan saja karena semua telah dirancang dan ditakdirkan oleh logika tuhan, ada kalanya menunggu siang dengan kebagahagian malah petir menyambar memberi berjuta kepedihan yang teramat mengejutkan, dan ada kala kegelapan hujan berubah dengan sekajap saja menampilkan milyaran kecerahn yang teramat banyak keindahan.



Aku yang manusia lemah ini hanya akan menunggu mendung itu pergi dari langitmu, walau ia menghadirkan pelangi bagimu namun bagiku itu bak sebilah lengkungan pisau yang terkadang menggores harapan ini. Langit dan kecerahanmu membuat aku menunggumu walau hanya bisa sebatas menikmatimu dari kejauhan karena kamu telah dijodohkan dengan awan kegelapan.
Senin, 08 Juni 2015

Mie Aceh(nya)



Begitukah nikmat.
Begitukah lezat.
Ya Begitu sangat menggoda.
Tergiur mencicipinya.

Entah apa resepnya
Entah bagaimana penyajiannya
Entah siapa yang menyajikannya
Tentunya iya sangat-sangat membuat lidah menari bahagia.

Mie aceh itu sebutannya.
Mie aceh aku suka padanya.
Mie aceh rasanya membuatku tergila.
Bukankah malam ini terasa teramat indah untuk mencicipinya.

Ya begitulah cerita mie aceh malam ini.
Nikmat, namun ada tersirat rasa terlebih nikmat,
tanyakmu, "kenapa dan mengapa?"
"Tersenyum sendiri kali ini", jawabku.

Alasannya.

Bumbu berbentuk lengkungan bibirnya di siang tadi telah menaburkan
citarasa nikmat tersendiri bagi diri ini.
Bukan sekedar nikmat dimulut.
Namun Mie aceh(nya) memberikan kenikmatan tak terhingga di jiwa ini.

Seandainya,

Malam ini, Bumbu senyumnya itu ada disini.
Betapa candunya aku untuk mencicipi mie aceh(nya) ini.

Kesanku,

Mie aceh, cita rasamu mebuat ku suka.
Mie aceh(nya), senyumnya membuatku semakin cinta.
Selasa, 02 Juni 2015

(Salahkan) Bola Matamu

Dibalik sehelai lembar kaca yang membalut bola matamu
Terdapat tanda tanya yang cukup besar adanya.
Apakah? adakah? atau apa mungkinkah ada Ra- ahh.
Aku menyangkal Keberadaan Rasa itu.

Dibelakang sebuah kaca mata yang melindungi retinamu
Terdapat tanda ingin tahu yang cukup besar rasanya.
Apakah? adakah? atau apa mungkin rasanya i-, uhh
Aku selalu menerka-nerka keberadaan rasa itu lagi.

Didepan sehelai lembar kaca yang membalut bola matamu,
Aku tahu ada yang sedang membuatmu tersenyum bahagia,
Bukan daku tapi dia, dia yang selalu dekat denganmu. ahh
Aku salah dan harus menyangkal keberadaan rasa sukaku.

Didepan sebuah kaca mata yang melindungi retinamu,
Aku tahu ada yang sedang kamu sayangi disetiap harimu kini.
Aku tahu, aku salah, menumumbuhkan rasa penasaran itu,
Aku salah dan aku mesti terdiam meski rasa suka itu semakin tumbuh.

Jangan salahkan aku karena pucuk rasa itu tumbuhkan semakin besar.
Tapi salahkan bola matamu mengapa tetap kamu taburi pupuk indah itu.

Salahkan Bola Matamu.
Jangan Salahkan aku.