Top Social

Dengan Tinta Terkadang Aku Tak Butuh Bersuara Untuk Sekedar Menceritakan Apa Yang Kurasa

Featured Posts Slider

Image Slider

Kamis, 17 Desember 2015

Karena Pertemuan Kau Berhak Ku Salahkan


"Aku berdiri disisi ini saja.
Masih tanpa suara, hanya mengukir kata.
Ruang kiri ini, Ku kosongkan dengan sengaja.
Untuk tercita-cita, kamu tentunya".

Pertemuan, Ia berhak untuk kusalahkan.
Atas kesan-kesan yang Ia tinggalkan.
Namun tak pernah kujadikan sebuah penyesalan.
Karenanya, Ku tersesat diruangmu yang penuh keindahan.

Semanis-manisnya kamu, tak hampir lupa ku rindukan.
Setiap malam dalam mimpi auramu kudambakan.
Ingin pernah, tentang kita, hari ini ku satukan.
Tetapi kecantikanmu, gemetar ku mengungkapkan.

Kau ku simpan, ku selipkan di antara beberapa harapan.
Saat nanti dalam berkehidupan dengangmu kita beriringan.
Menempuh, mengarungi luas samudera permasalahan.
Kita, menciptakan kisah baru, tentang arti keromantisan.

Beribu harapan seiring waktu subur bermunculan.
Satu alasan, itu semua karena ia "Si pertemuan".
Demi Tuhan, tentang wanita kamulah satu-satunya impian.
Sebaliknya, semoga saja diriku juga pangeran yang kau butuhkan.

"Aku masih berdiri disisi ini saja.
Mengukir kata, kepadamu takut bersuara.
Ruang hati ini, tentangmu kutanamkan dengan sengaja
Untuk yang tercita-cita, sumpah mati engkau ku cinta
(a.r)
Senin, 14 Desember 2015

Kau Punya Kuasa


Ku sediakan, kau tempati, ku tak memaksa.
Ku bermaksud, setidaknya, Kau kan merasa.
Ku bisiki,  tahta dikiri, Kau ku beri kuasa.
Kapan saja, Kau Ku terima, tak berbatas masa.

Sabtu, 12 Desember 2015

Cerita Asalan


Aku gagal paham.
Atas pikirku kurang kekinian.
Begitu membingungkan memang.
Cinta sebijaknya-bijaknya, menghukum.

Menelaah memaksa mengintisarikan.
Kutukannya malah menakdiriku demam.
Mau kupulangkan keguguran dosa itu.
Dayaku, terlalu bersahabat dengan kata tak mampu.

Setelah seajuh ini kaki terlangkah dan melangkah.
lelah, aku pasrah terhadap efek sampingnya.
Menikmati kepedihan dan keindahan.
Memuntahkan Kemunafikan dan ketulusan, juga.

Sudah, ku gores saja secara asal akan kekacauan.
Disini, bersama pesan yang belum di tafsiri.
Sebenarnya keserabutan, kini kuciptakan sendiri.
Karena menunggu jawabnya,mungkin dibalas nanti.