Top Social

Dengan Tinta Terkadang Aku Tak Butuh Bersuara Untuk Sekedar Menceritakan Apa Yang Kurasa

Kamis, 27 April 2017

Sama Sama Megerti


Dulu, kita adalah sepasang manusia yang secara bersamaan  memegang teguh prinsip sama-sama mengerti. Aku mengerti akan keadaanmu, dan kamu mengerti lebih akan keadaanku. Apa-apa yang aku lakukan, kamu mengerti bahwa itu demi kebaikanku dan kamu. Apa-apa yang ku-alasankan, kamu begitu lebih mengerti dan memahami, karena seperti itu adalah caramu yang menjauhkan kita dari kata runyam, kelam, seram dan akhirnya membuat kita karam. Begitu juga dengan aku yang terlebih-lebih mengerti akan keadaanmu, jalan pikiranmu, cara berpikirmu dan bahkan yang belum terpikirkan olehmu---untuk kita tak tenggelam.

Seberkas kisah tentang kita, tentang sama-sama mengerti yang menguatkan kita. Rupanya tak begitu kokoh seperti yang kita perkirakan. Tak begitu Kuat seperti yang kita coba pertahankan. Semuanya hangus menjadi secercak abu lalu mendebu setalah tersengat bongkahan api yang kita ciptakan sendiri---kurang memahami, saling kurang untuk peduli.

"Apalah arti sama-sama mengerti, kalimat itu kini tak berguna lagi, Aku karam kamu pun tenggelam".

Kini, Adakalanya kita---maksudnya aku dan kamu, lebih baik memahami diri secara sendiri-sendiri, memahami kekurangan secara pribadi-pribadi, agar aku dan kamu tidak lagi berseteru dalam mempertahankan kalimat sama-sama mengerti, yang pada akhirnya selalu saja berujung melukai hati, kecewa lalu patah hati, khususnya untukmu tak lagi merasa sakit yang katanya hampir-hampir mati.  

Demi membenah diri, Belajar dari kesalahan yang kita ulang-ulangi sendiri, dengan niat yang berani. Aku mengucapkan, "selamat tinggal sama-sama mengerti. Mungkin nanti, setelah aku pintar menelaah diri kita akan berjumpa lagi, semoga kita kembali saling mengerti"---dengan lain hati.
(a.r).
Be First to Post Comment !
Posting Komentar