"Aku berdiri disisi ini saja.
Masih tanpa suara, hanya mengukir kata.
Ruang kiri ini, Ku kosongkan dengan sengaja.
Untuk tercita-cita, kamu tentunya"
Pertemuan, Ia berhak untuk kusalahkan.
Atas kesan-kesan yang Ia tinggalkan.
Namun tak pernah kujadikan sebuah penyesalan.
Karenanya, Ku tersesat diruangmu yang penuh keindahan.
Seindah-indah matamu, tak hampir lupa ku rindukan.
Ketika malam, dialam mimpi auramu kudambakan.
Ingin pernah, tentang kita, hari ini ku satukan.
Kecantikanmu, memaksaku membisu tuk menyatakan.
Kau ku simpan, ku selipkan di antara beberapa harapan.
Saat nanti, bersamamu menghabiskan sisa waktu kehidupan.
Menempuh, mengarungi luasnya samudera permasalahan.
Kita, menciptakan kisah baru, tentang arti keromantisan.
Beribu harapan seiring waktu subur bermunculan.
Satu alasan, itu semua karena ia "Si pertemuan".
Demi Tuhan, tentang hawa kamulah satu-satunya impian.
Sebaliknya, semoga saja diriku adalah pangeran yang kau butuhkan.
"Aku berdiri disisi ini saja.
Masih Mengukir kata, Padamu takut bersuara.
Ruang hati ini, tentangmu kutanamkan dengan sengaja.
Untuk yang tercita-cita, Sampai mati engkau kucinta".